Kamis, 20 Agustus 2009

Kumpulan ASKEP Jiwa

TINJAUAN TEORITIS
HALUSINASI


Masalah Utama Klien
Halusinasi 
Proses Terjadinya Masalah
Definisi
Halusinasi adalah persepsi terhadap stimulus internal tanpa adanya stimulus eksternal (Ruspawan, 1999).
Etiologi
Faktor Predisposisi
Faktor Perkembangan Terhambat
Usia bayi : Tidak terpenuhi kebutuhan makan, minum dan rasa aman.
Usia balita : Tidak terpenuhi kebutuhan otonomi diri.
Usia sekolah : Mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan selama sosialisasi dan kegiatan sekolah.
Usia remaja : Mengalami krisis identitas yang tidak terselesaikan.
Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Komunikasi tertutup, tidak ada komunikasi, tidak ada kehangatan, komunikasi dengan emosi berlebihan, orangtua yang membandingkan anak-anaknya, orangtua otoriter dan konflik orangtua.
Isolasi Sosial Budaya
Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat dan sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
Faktor Psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas.
Faktor Biologis
Atrip otak, pembesaran ventrikel, perubahan besar dan bentuk sel kortikal dan limbik.
Faktor Genetik
Keluarga yang skizofrenia.
Faktor Presipitasi
Faktor Sosial Budaya
Kehilangan tipe-tipe orang yang dicintai dan lingkungan (permusuhan, perceraian, di rawat di Rumah Sakit, kematian).
Faktor Biokimia
Stres yang mengakibatkan lepasnya dopomin atau zat halusinogenik yang menyebabkan halusinasi, ex: alkohol berlebih.
Faktor Psikologis
Kecemasan tinggi dan memanjang, tidak mampu mengatasi masalah atau kegagalan dalam hidup.
Psikopatologi
Halusinasi berkembang melalui 4 fase, yaitu:
Rasa terpaku fase pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan yang terpisah, kesepian, klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal-hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan sterss. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat.
Fase kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien berada pada tingkat ”listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran, suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas, klien takut apabila orang lain mendengar dan klien tidak mampu mengontrolnya, klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain. 
Fase ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol sehingga klien menjadi terbiasa dan berada pada halusinasi. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman yang sementara.


Fase keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebenarnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahinya. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain.

Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendi, orang lain danlingkungan
   
   

  :  



  Kerusakan interaksi sosial:
  Menarik diri


Harga diri rendah kronis

Masalah Keperawatan Yang Muncul
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
Resiko tinggi perilaku kekerasan
Kerusakan interaksi sosial: menarik diri
Harga diri rendah kronis
Intoleransi aktivitas
Defisit perawatan diri
Resti kerusakan integritas kulit